Selasa, Maret 31, 2009
Terpaksa Belajar di Kelas Darurat
Ironis ditengah janji banyak partai politik (Parpol) untuk konsen membangun dunia pendidikan di Indonesia kalau diberi kesempatan memimpin, tetapi masih ada di Sumsel sang generasi penerus bangsa yang harus belajar dengan fasilitas apa adanya.
Bahkan, bisa dibilang ruang belajar yang ditempat puluhan siswa kelas tiga di SDN 2 Desa Negeri Agung Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), jauh dari dikatakan layak sebagai ruang belajar.
Bagaimana tidak pantauan SentralPos, Selasa (31/3) kondisi ruang kelas jauh dari kata nyaman. Bahkan, bahaya terus mengintip mengancam keselamatam bocah-bocah bangsa ini. Plafon di atas kelas mereka, bukan hanya rusak tetapi sudah jebol yang bisa kapanpun runtuh menimpah siswa yang belajar.
Di kala musim penghujan seperti sekarang, tetesan air hujan dipastikan akan membanjiri ruangan kelas. Bukan hanya itu, dinding kusam menjadi pemandangan biasa bagi anak-anak kelas 3 SDN Negeri Agung ini. Ini ditambah dengan pembatas dinding antar kelas yang awalnya diplester semen tetapi kini sudah jebol dan ditutup denga triplek bekas.
Ruangan itu pun menurut guru SDN 2 Desa Negeri Agung, Abu Mansyur sebenarnya bukan ruangan kelas melainkan eks ruangan guru. Karena kurangnya ruangan maka terpaksa eks ruangan guru itu, disulap menjadi ruang belajar bagi siswa kelas 3.
"Ruangan lain sudah rusak, hanya ruangan ini yang paling bagus dan layak untuk dijadikan ruangan belajar. Sehingga terpaksa, kami menjadikan ruangan ini sebagai ruangan kelas bagi siswa kelas 3," terangnya.
SDN 2 Desa Negeri Agung sendiri, sudah berdiri sejak tahun 1982 dan kini memiliki 120 siswa. Sekolah tersebut, tahun 2006 pernah direhab dibagian atapnya saja. Sedangkan bagian lain dibiarkan saja, sehingga kondisi dinding gedung sekolah itu kini mulai retak dan tinggal menunggu waktu saja akan ambruk.
Kepsek SDN 2 Negeri Agung, Sardi A.Ma Pd ketika coba ditemui diruang kerjanya, tidak ada ditempat. Informasi dari dewan guru ternyata sang Kepsek jarang datang ke sekolah. "Kalau ke sekolah, paling hanya mengisi absent," kata salah seorang guru yang minta dirahasiakan namanya. (rad)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar