Palembang, SentralPos
Kontes Waria yang dilaksanakan diadakan Caleg DPRD Sumsel dari Partai Golkar H Piterman Maulana, SE yang juga juga Ketua DPRD Kota Pagarlam di Gedung Balai Kota Nendagung, Saptu (21/3) sekitar pukul 19.00 WIBbanyak menuai protes dari berbagai kalangan termasuk tokoh masyarakat Kota Pagaralam. Tanggapan kurang setuju dilontarkan Ketua MUI H Deni Priansyah S. Ag dan Tokoh Masyarakat Kota Pagaralam H Demyati Rais
“Kontes waria yang diadakan salah seorang caleg dari Partai Gokar H Piterman Maulan menimbulkan kotroversi dan tidak sesui dengan Kota Pagaralam menimbulkan citra kurang baik terhadap masyarakat Kota Pagaralam. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai kontes waria tidak sesuai dengan visi dan misi Kota Pagaralam, kota anggrobisnis dan pariwisata yang bernuasa islami. Masyarakat Kota Pagaralam cukup menjujung tinggi nilai etika dan religius jadi dengan kotes wari ini justru seakan terjadi penyimpangan, “ kata Ketu MUI Kota Pagaralam H Deni Priansyah S.Ag, Minggu (22/3).
Deni mengatakan, sangat disayangkan kegiatan yang mengandung kotrovesri ini justru dilakukan seseorang yang seharusnya menjadi panutan bagi masyarakat Kota Pagaralam. Melalui kegitan ini justru akan menimbulkan citra yang kurang baik, apalagi dilakukan pejabat, sebab cukup banyak acara yang bisa dilakukan dengan tidak mencederai Pagaralam bernuasa islami.
“Alangkah baiknya jika mengadakan acara dan kegiatan disesuikan dengan visi dan misi nuasa islami, contohnya kontes busana muslim. Bukan kontes wari dengan gaun malam. Disamping itu ajaran agama juga melarang keras laki-laki menyerupai wanita dan perempuan menyerupai laki-laki, apalagi hal ini dipertontonkan dengan masyarakat banyak,”ujar Deni.
Siapa saja berhak membuat acara atau kegitan yang diharapkan akan menjadi pusat hiburan bagi masyarakat Kota Pagaralam yang cukup haus denagan hiburan. Buktinya setiap acara yang diadakan dalam suasana panggung terbuka selalu dipadati penonton. Namun perlu dikaji dan menjadi bahan pemikiran untuk dapat memilih dan memili kegitan yang tidak justru menimbulkan keresahan didalam masyarakat. Kontes waria dari nilai estitika juga sudah kurang baik, apalagi kebanyakan yang menonton juga kaula muda.
“MUI menghibau kepada masyarakat Kota Pagaralam khususnya para caleg dapat melakukan kegiatan yang dapat memberikan contoh yang baik kepada masyarak khususnya anak-anak muda,”kata Deni.
Hal yang sama juga dikatakan H Dimyati Rais yang lebih dikenal dengan Pandin, menurutnya kontes waria memang kurang pantas jika diadakan di Kota Pagaralam, apalagi Kota Pagaralam dikenal dengan nuansa islaminya.
“ Sebagai tokoh masyarakat, saya sangat menyayangkan dengan adanya acara kontes waria tersebut, dikhawatirkan dengan adanya tersebut akan berdampak kurang baik bagi kondisi lingkungan masyarakat, apalagi dengan nuansa islami,”ungkapnya.
Tapi sangat disayangkan ternyata di kotes waria ini juga dibalut dengan nuansa kampanye untuk mencari dukungan yang dilakukan salah seorang caleg di lingkungan kaumm waria.
“Kita selaku masyarakat berhak memberikan masukan dan memberikan kritikan jika yang dilakukan tidak sesuai dengan aturan, sebab hal ini dilakukan demi kebaikan bersam,”kata dia.
Sementara itu H Piterman Maulana ketika dikonfirmasi mengatakan, kontes waria ini sifatnya hanya pribadi tidak ada hubungan dengan yang lain termasuk dirinya menjadi Caleg DPRD Sumsel dari partai Golkar.
“Kita hanya melakukan kontes busana waria yang bertujuan untuk menampung aspirasi mereka yang selama ini terkesan kurang mendapat perhatian, itu saja, Ujar Piterman. (asn)
Kontes Waria yang dilaksanakan diadakan Caleg DPRD Sumsel dari Partai Golkar H Piterman Maulana, SE yang juga juga Ketua DPRD Kota Pagarlam di Gedung Balai Kota Nendagung, Saptu (21/3) sekitar pukul 19.00 WIBbanyak menuai protes dari berbagai kalangan termasuk tokoh masyarakat Kota Pagaralam. Tanggapan kurang setuju dilontarkan Ketua MUI H Deni Priansyah S. Ag dan Tokoh Masyarakat Kota Pagaralam H Demyati Rais
“Kontes waria yang diadakan salah seorang caleg dari Partai Gokar H Piterman Maulan menimbulkan kotroversi dan tidak sesui dengan Kota Pagaralam menimbulkan citra kurang baik terhadap masyarakat Kota Pagaralam. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai kontes waria tidak sesuai dengan visi dan misi Kota Pagaralam, kota anggrobisnis dan pariwisata yang bernuasa islami. Masyarakat Kota Pagaralam cukup menjujung tinggi nilai etika dan religius jadi dengan kotes wari ini justru seakan terjadi penyimpangan, “ kata Ketu MUI Kota Pagaralam H Deni Priansyah S.Ag, Minggu (22/3).
Deni mengatakan, sangat disayangkan kegiatan yang mengandung kotrovesri ini justru dilakukan seseorang yang seharusnya menjadi panutan bagi masyarakat Kota Pagaralam. Melalui kegitan ini justru akan menimbulkan citra yang kurang baik, apalagi dilakukan pejabat, sebab cukup banyak acara yang bisa dilakukan dengan tidak mencederai Pagaralam bernuasa islami.
“Alangkah baiknya jika mengadakan acara dan kegiatan disesuikan dengan visi dan misi nuasa islami, contohnya kontes busana muslim. Bukan kontes wari dengan gaun malam. Disamping itu ajaran agama juga melarang keras laki-laki menyerupai wanita dan perempuan menyerupai laki-laki, apalagi hal ini dipertontonkan dengan masyarakat banyak,”ujar Deni.
Siapa saja berhak membuat acara atau kegitan yang diharapkan akan menjadi pusat hiburan bagi masyarakat Kota Pagaralam yang cukup haus denagan hiburan. Buktinya setiap acara yang diadakan dalam suasana panggung terbuka selalu dipadati penonton. Namun perlu dikaji dan menjadi bahan pemikiran untuk dapat memilih dan memili kegitan yang tidak justru menimbulkan keresahan didalam masyarakat. Kontes waria dari nilai estitika juga sudah kurang baik, apalagi kebanyakan yang menonton juga kaula muda.
“MUI menghibau kepada masyarakat Kota Pagaralam khususnya para caleg dapat melakukan kegiatan yang dapat memberikan contoh yang baik kepada masyarak khususnya anak-anak muda,”kata Deni.
Hal yang sama juga dikatakan H Dimyati Rais yang lebih dikenal dengan Pandin, menurutnya kontes waria memang kurang pantas jika diadakan di Kota Pagaralam, apalagi Kota Pagaralam dikenal dengan nuansa islaminya.
“ Sebagai tokoh masyarakat, saya sangat menyayangkan dengan adanya acara kontes waria tersebut, dikhawatirkan dengan adanya tersebut akan berdampak kurang baik bagi kondisi lingkungan masyarakat, apalagi dengan nuansa islami,”ungkapnya.
Tapi sangat disayangkan ternyata di kotes waria ini juga dibalut dengan nuansa kampanye untuk mencari dukungan yang dilakukan salah seorang caleg di lingkungan kaumm waria.
“Kita selaku masyarakat berhak memberikan masukan dan memberikan kritikan jika yang dilakukan tidak sesuai dengan aturan, sebab hal ini dilakukan demi kebaikan bersam,”kata dia.
Sementara itu H Piterman Maulana ketika dikonfirmasi mengatakan, kontes waria ini sifatnya hanya pribadi tidak ada hubungan dengan yang lain termasuk dirinya menjadi Caleg DPRD Sumsel dari partai Golkar.
“Kita hanya melakukan kontes busana waria yang bertujuan untuk menampung aspirasi mereka yang selama ini terkesan kurang mendapat perhatian, itu saja, Ujar Piterman. (asn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar